![]() |
Kota Banda Aceh Tempo Dulu |
Penamaan ini tentu memiliki catatan sejarah. Gampông
Pande, demikian nama muasal kejadian Kota Banda Aceh. Berderet situs sejarah
terdapat di sana. Di antaranya makam raja-raja Aceh masa lampau sebagai bukti
di Gampông Pande pernah bertahta kerajaan Islam.
Tak hanya makam para raja dan lakseumana, masa lalu,
di sana juga terdapat lokasi pengrajin emas yang sangat pandai dan terkenal.
Lokasi ini tepatnya di Kuta Blang, yang sekarang jadi nama salah satu lorong di
gampông tersebut. Hasil kerajinan masyarakat di gampông ini, masa sejarah
dijual hingga ke Turki, Malaysia, Prancis, dan Inggris. Kendati si pandai emas
bukan penduduk asli Gampông Pande, ia terkenal dan dikenal bermukim di sana.
Mengenang semua itu, kadang kita hanya dapat berucap
bahwa generasi sekarang hanya pintar nostalgia semata. Buktinya, sekarang kita
yang mengekspor berbagai kebutuhan dan hasil kerajinan dari luar. Setingkat
kebutuhan dapur saja, tanpa Medan, mungkin masyarakat Banda Aceh bahkan Aceh
secara umum tak jadi apa-apa.
Sejarah
Para arkeolog dan sejarawan pernah melakukan
penelitian terhadap batu-batu nisan pada komplek pemakaman di Gampông Pande. Di
antara batu nisan disebutkan adalah milik Sultan Firman Syah, cucu Sultan Johan
Syah. Dari sinilah kemudian terungkap bahwa kampung yang menjadi asal mula Kota
Banda Aceh itu dibangun pada Jumat, 1 Ramadhan 610 Hijriah atau 22 April 1205
Masehi.
Gampông yang menjadi pusat kerajaan ini dibangun oleh
Sultan Johan Syah setelah berhasil menaklukkan Kerajaan Hindu/Budha Indra Purba
dengan ibukotanya Bandar Lamuri. Beberapa catatan menyebutkan Kota Lamuri
adalah “Lam Urik” yang sekarang terletak di Aceh Besar. Akan tetapi, menurut
Dr. N.A. Baloch dan Dr. Lance Castle, yang dimaksud dengan Lamuri adalah
“Lamreh” di Pelabuhan Malahayati (Krueng Raya sekarang). Sedangkan istananya
dibangun di tepi Kuala Naga (kemudian menjadi Krueng Aceh) di Gampông Pande
sekarang ini dengan nama “Kandang Aceh” (dari situs Pemko Banda Aceh).
Dari sebuah literatur disebutkan masa pemerintahan
cucunya Sultan Alaidin Mahmud Syah, pernah dibangun sebuah istana baru di
seberang Kuala Naga (Krueng Aceh) dengan nama Kuta Dalam Darud Dunia (dalam
kawasan Meligoe Aceh atau Pendopo Gubernur sekarang). Beliau juga disebutkan
mendirikan Mesjid Djami Baiturrahman pada tahun 691 H, yang kala itu masih
berkubah satu.
Berdasarkan temuan tersebut, Banda Aceh kemudian
ditabalkan sebagai kota Islam tertua di Asia Tenggara. Kota ini pernah menjadi
sangat terkenal sebagai Bandar Aceh Darussalam, terutama masa gemilangnya
Kerajaan Aceh di bawah kepemimpinan Iskandar Muda berdaulat dan beberapa sultan
lainnya. Namun, kegemilangan itu runtuh pelan-pelan karena pecah “Perang
Saudara” antara Sultan yang berkuasa dengan adik-adiknya. Peristiwa ini
dilukiskan oleh Teungku Dirukam dalam karya sastranya, Hikayat Pocut Muhammad.
Setelah Bandar Aceh Darussalam menjadi puing dan
dianggap sebagai puing Kota Islam tertua di Nusantara, Belanda mendirikan
Kutaraja sebagai langkah awal mereka untuk usaha penghapusan dan penghancuran
kegemilangan Kerajaaan Aceh Darussalam. Sejak itu, Bandar Aceh Darussalam
diganti nama menjadi Kutaraja (kotanya para raja) oleh Gubernur Hindia Belanda,
Van Swieten. Pergantian nama itu dilakukan pada 24 Januari 1874 setelah Belanda
berhasil menduduki istana/kraton.
Pergantian nama ini kemudian disahkan oleh Gubernur
Jenderal di Batavia dengan beslit bertanggal 16 Maret 1874. Namun, pergantian
tersebut mendapat penentangan di kalangan tentara Kolonial Belanda yang pernah
bertugas di Aceh. Mereka mengangap Van Swieten hanya mencari muka pada Kerajaan
Belanda karena telah berhasil menaklukkan para pejuang Aceh, sedangkan mereka
sendiri meragukannya.
![]() |
Kota Banda Aceh |
ASAL USUL KOTA BANDA ACEH
Reviewed by Unknown
on
8:30 AM
Rating:

No comments: