KHUSUK DALAM SHALAT

Pengertian khusyuk se­lama ini terlalu berat bagi orang awam. Seolah-olah kita diperkenalkan khusyuk selama ini ialah fokus penuh, 100 % mengingat Al­lah Swt. Jika ini dimaksud khusyuk maka terlalu sulit untuk kita sebagai orang awam mencapainya. Jika shalat diteri­ma setelah mencapai khusyuk seperti itu, maka shalat itu tidak manusiawi. Apa yang dimaksud khusyuk sebenarnya?


Suatu ketika Nabi memimpin shalat, tiba-ti­ba cucunya, Hasan dan Husain keluar dari ka­marnya dan masuk ke mihrab menaiki punggung Nabi yang sedang sujud ketika memimpin sha­lat. Nabi menunggu cucunya turun baru bangkit kembali. Seusai shalat, salah seorang jamaah bertanya, mengapa sujudnya Nabi tadi panjang sekali tidak seperti biasanya? Nabi menjelaskan kalau cucunya sedang naik di punggungnya ke­tika ia sujud. Ia menunggu sampai turun baru bangkit, khawatir jangan sampai nanti jatuh. Dalam kesempatan lain Nabi penah memimpin shalat cepat sekali lantaran ada anak kecil me­nangis di belakang yang ibunya sedang sha­lat. Pertanyaannya di sini, apakah Nabi dengan shalat seperti tadi bisa disebut khusyuk?


Sesungguhnya yang dimaksud khusyuk ialah ketenangan dan kepasrahan terhadap Tuhan di dalam melaksanakan ibadah, khususnya dalam shalat. Soal di dalam shalat terlintas pikiran lain maka itu manusiawi. Yang penting jangan sam­pai rukun dan syarat sah shalat terganggu kar­ena terlalu jauh terlena dan menghayal, terlebih jika ketiduran di dalam shalat. Khusyu' secara harfiah berarti rendah, takluk, dan merendah­kan diri kepada Tuhan. Khusyuk dalam penge­rian popular dapat diartikan dengan sikap se­orang hamba yang sangat tenang dan fokus hanya kepada Allah Swt.


Di dalam Al-Qur'an dijelaskan: "Sungguh beruntunglah orang-orang beriman, yang khusyuk di dalam melaksanakan shalat". Dalam ayat lain dikatakan: "Ketahuilah bahwa dengan mengin­gat Allah jiwa menjadi tenang". Kedua ayat ini menggambarkan bahwa khusyuk adalah ses­uatu yang sangat ideal di dalam shalat, namun kekhusyukan secara sempurna tidak boleh menjadi alasan untuk meninggalkan shalat.


Sulit dibayangkan adanya shalat yang dari awal sampai akhir betul-betul tidak ada ingatan lain se­lain Allah Swt. Sayyidina Ali ra, pernah menunjuk­kan suatu pengalaman tersendiri bagi kita para umatnya. Suatu ketika ia pernah terkena anak panah di kakinya. Patahan panah itu inpeksi, ber­nanah dan bengkak. Tabibnya merekomendasi­kan agar patahan anak panah itu segera dicabut jika tidak ingin diamputasi. Sayyidina Ali berpe­san: "Jika engkau akan mencabutnya cabutlah ketika aku shalat dan sukses tanpa sedikitpun Ali bergerak". Seusai shalat, Ali bertanya: "Mengapa kalian tidak mencabut patahan anak panah itu?" Sesudah dicabut maka patahan anak panah itu keluar dengan berlumuran darah dan nanah.


Kekuatan khusyuk terletak di dalam hati. Hati yang aktif untuk menjalin komunikasi dengan un­sur dalam hati kita maka diharapkan mendatang­kan keajaiban dalam berbagai bentuk, sesuai tingkat kedalaman dan penghayatan kita. Khusyu' adalah pengalaman pribadi. Oleh karena itu, kita perlu belajar, kalau perlu mencatat, pengalaman-pengalaman batin apa yang dilakukan pada saat kekhusyukan itu terjadi.


KHUSUK DALAM SHALAT KHUSUK DALAM SHALAT Reviewed by Unknown on 8:33 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.